PENGUSAHA TEMPE BUTUH 2,4 TON KEDELAI
Lima pengusaha tempe dan tahu di Ambon yaitu Rahmat (33) , Rizky (27) , Hasan (35) , Rizal (32) dan Slamet (45), membutuhkan sedikit 2,4 ton kedelai untuk membuat tempe dan tahu guna memenuhi kebutuhan masyarakat Maluku dan sekitarnya.
"Saya membutuhkan kacang kedelai sebanyak 500 kg untuk bahan baku tahu dan satu kwintal (100 kg) untuk tempe agar menghasilkan 7.000 potong tahu dan 1.400 potong tempe setiap hari," kata pengusaha tahu dan tempe di Mardika, Ambon, Masori kepada kami, Jumat.
Menurut dia, bahan baku kacang kedelai dipasok dari Surabaya dua kali dalam sebulan. Sekali pasok jumlahnya 300 karung dengan berat masing-masing 50 kg per karung.
"Jadi satu bulan saya memasok sebanyak 600 karung kedelai yang jumlahnya 30 ton. Harganya Rp.6500 per kg," kata pria asal Pulau jawa tersebut.
Sedikitnya ada lima orang pengusaha tahu dan tempe yang berlokasi di wilayah Mardika Ambon. Rata-rata mereka membutuhkan bahan baku kacang kedelai sebanyak 500-600 kg setiap hari yang dipasarkan mulai dari pasar-pasar tradisional terdekat di Kota Ambon hingga Desa Tulehu, Hitu, Laha dan Pulau Saparua, Kabupaten Maluku Tengah (Malteng).
"Biasanya pelanggan yang dari luar kota datang membeli sendiri di Ambon. Sedangkan untuk pelanggan dalam kota seperti di Pasar Mardika, Batumerah dan Nusaniwe sudah menjad langgan sehingga diantar langsung , namun jumlahnya tergantung permintaan," kata Masori.
Harga yang ditawarkan kepada para pedagang oleh para pengusaha tahu dan tempe di Ambon bervariasi untuk menarik pelanggan.
Masori misalnya menawarkan harga tahu sebesar Rp.800 per potong dan tempe Rp.750 per potong. Sedangkan Sukardi menjual tahu dan tempe masing - masing Rp.750 per potong kepada para pedagang.
Jumlah produksi kelima pengusaha itu pun tidak sama. Sukardi mislnya membutuhkan 500 kg kacang kedelai untuk produksi 5600 potong tahu (dari 400 kg kedelai) dan 1.400 potong tempe (dari 100 kg kedelai) setiap hari.
"Bahan baku untuk tahu yakni kacang kedelai dan cuka. Sedangkan untuk tempe membutuhkan kacang kedelai, ragi dan tepung beras," kata Sukardi.
Pria paruh baya yang memulai usahanya sejak tahun 1988 itu tidak pernah mengkalkulasikan keuntungannya dalam sebulan. Yang terpenting baginya, bisa membiayai operasional perusahan dan membayar gaji enam orang karyawananya serta kelangsungan hidup keluarganya.
Dalam sehari Sukardi membutuhkan sedikitnya Rp.250.000 untuk kayu bakar, Rp. 80.000 untuk cuka, Rp.50.000 biaya solar (10 liter) ditambah upah karyawan Rp.70.000 per hari untuk satu orang. Jumlah ini belum termasuk gaji bulanan Rp.750.000 per orang.
"Kalau perusahan bisa jalan dan upah karyawan setiap hari bisa tertangani ditambah gaji mereka setiap bulannya maka sudah ada keuntungan yang bisa terlihat dari pemenuhan biaya hidup dan kebutuhan setiap hari," katanya.